Bisnis Seks di Balik Jeruji Penjara

Bisnis Seks di Balik Jeruji Penjara
Bisnis Seks di Balik Jeruji Penjara

Judul ini diambil dari liputan program Sigi, SCTV, yang masih tertunda penayangannya. Sedianya, laporan berdurasi sekitar 23 menit itu ditayangkan pada Rabu malam pekan lalu.

Tim Sigi menginvestigasi bisnis seks ini selama satu bulan, dari September hingga Oktober, dengan dua kamera. Satu kamera dititipkan kepada narapidana. Satu kamera lagi dipasang pada tempat rahasia. Kemarin sore, Tempo berkesempatan menonton program itu di lantai 9 SCTV Tower, Senayan City, Jakarta. Tayangan dibagi dalam tiga segmen.

Pada segmen pertama, ada visualisasi tentang aneka penyimpangan di penjara, seperti fasilitas mewah untuk narapidana berduit, pungutan liar oleh sipir, dan bisnis seks yang jadi tema cerita.

Sigi memperlihatkan sejumlah perempuan, disebutkan sebagai pekerja seks, yang tengah bertransaksi di ruang tunggu Rumah Tahanan Salemba, Jakarta. Para perempuan itu berpura-pura menjadi penjenguk.

Lalu muncul wawancara dengan perempuan berbaju hangat hitam, berkalung emas, dan berkulit sawo matang. Wajah perempuan disamarkan, tapi suaranya tidak.

Perempuan itu mengaku sebagai perantara, antara germo dan para napi. Dialah yang melakukan tawar-menawar harga dengan sipir. Bila sepakat, misalnya, kamar tersedia dengan tarif Rp 400 ribu per 30 menit.

Kamar intim itu akan dijaga sipir, sehingga napi yang sanggup membayar bisa menyalurkan hasratnya. Menurut si perantara, transaksi biasanya berlangsung pada malam hari, meski bisa juga pada pagi hari. Penggalan wawancara dengan si perempuan ini diberi latar adegan di kamar intim yang disamarkan.

Segmen ini juga memuat penjelasan Ahmad Taufik, mantan narapidana politik yang juga wartawan Tempo. Taufik membenarkan adanya praktek bisnis urusan bawah pusar di penjara itu.

Pada segmen kedua, narator tim Sigi menyebutkan bahwa undang-undang di Indonesia belum mengakomodasi pemenuhan hasrat biologis para napi. Negara seperti Amerika Serikat dan Australia mengatur pemenuhan kebutuhan seksual para napi beristri dalam kunjungan, yang disebut conjugal visit.

Mengambil video dari YouTube, Sigi memperlihatkan fasilitas kamar intim di penjara dua negara itu. alu ada cuplikan wawancara dengan penulis dan wartawan senior Arswendo Atmowiloto, yang juga pernah dipenjara. Menurut dia, bisnis seks dalam penjara itu sudah menjadi rahasia umum. "Kamar penjara itu dingin lo, jadi ya wajar saja para napi mencari jalan untuk memenuhi hasratnya," kata Arswendo.

Pada segmen terakhir, tim Sigi memperlihatkan suasana kamar intim yang menjadi lahan bisnis para sipir. Kamar di lantai dua itu dilengkapi kasur busa dengan seprai bermotif bunga-bunga.

Lalu ada wawancara dengan Kepala Rutan Salemba Toro, yang menyangkal keberadaan bisnis seks di tempatnya memimpin. "Kalau ada, akan kami sikat, karena itu melanggar aturan dan kesusilaan," kata dia.

Pada segmen ini, tim Sigi memperlihatkan reaksi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar, yang terkejut atas fakta yang ditemukan Sigi. "Kalau boleh, kita datang ramai-ramai ke sana. Terima kasih sudah memberi informasi ini," ujarnya.

Patrialis menambahkan, pemerintah sedang mengkaji kemungkinan penyediaan tempat khusus bagi napi yang sudah menikah untuk memenuhi kebutuhan biologis mereka di penjara.

Jika ada kepala penjara yang terlibat bisnis seks, Patrialis mengancam akan menindaknya secara tegas. "Karena itu mengambil kebijakan sendiri."

Pada akhir tayangan, narator Sigi menekankan perlunya penyelidikan independen atas bisnis seks di penjara. Selain itu, pemerintah perlu membuat aturan yang memanusiakan para narapidana.(tempointeraktif.com)
Bisnis Seks di Balik Jeruji Penjara

No comments

Powered by Blogger.